Zaman Dahoeloe Paloepoeh Dikenal dengan Ikannyo Banyak
Suluahnagari.com --- Kira-kira 300 meter dari pasar Palupuh di pinggir jalan arah ke Bukittinggi, ada sebuah "lubuk" pada sebuah sungai. Lubuk itu terkenal sebagai "lubuk ikan banyak" yang sebelum zaman Jepang banyak dikunjungi orang, sebagai objek wisata yang menarik.
Lubuk tersebut merupakan tumpukan air sungai yang cukup dalam dan lebar. Ikan yang ada di lubuk tersebut sampai 100 M arah ke udik dan 100 M arah ke hilir adalah merupakan "Ikan Larangan". Artinya tidak satu orangpun boleh mengambil ikan di daerah larangan tersebut
Dengan demikian maka jumlah ikan yang ada di lubuk tersebut, makin lama semakin banyak saja. Ditambah lagi karena setiap pengunjung selalu menebarkan makanan gratis, maka ini menarik ikan untuk berkumpul dan menetap di lubuk ini.
Sebelum zaman Jepang ikan larangan ini banyak dikunjungi orang, sehingga Ikan Banyak lebih terkenal daripada "Palupuah", atau Palupuh adalah identik dengan ikan banyak. Di pinggir lubuk ikan banyak itu disisi jalan raya ada sebuah warung, yang menjual berbagai jenis makanan ikan seperti jagung, kedelai, kacang hijau, padi, beras dan sebagainya. Sudah dibungkus dengan baik.
Para pengunjung biasanya membeli makanan itu lalu melemparnya ke atas permukaan air. Tempat pengunjung berdiri di tepi tebing yang sudah diberi pagar pengaman kira-kira 20 meter tingginya dari permukaan air. Ikan besar-besar yang jumlahnya banyak, beramai- ramai memperebutkan makanan yang diberikan tersebut, yang menimbulkan pemandangan yang sangat menarik, kabarnya di dasar
lubuk ada seekor ikan yang sangat besar, yang merupakan induk atau raja dari ikan lainnya Konon sejarahnya ikan banyak ini adalah sebagai berikut:
Pada waktu dimulai usaha untuk pembangunan mesjid Palupuh, maka disepakatilah untuk mengamankan ikan yang ada pada sebuah lubuk dekat mesjid tersebut.
Ikan yang ada di sekitar itu tidak boleh diambil dengan jalan dipancing, dijala dan sebagainya. Maka di-namakan-lah lubuk itu dengan Ikan Larangan. Tujuannya adalah untuk mengumpulkan ikan sebanyak-banyaknya, yang nantinya akan digunakan untuk acara peresmian mesjid.
Lokasi ikan larangan yang pertama itu adalah pada pertemuan antara sungai yang dari arah Palupuh dengan sungai yang dari Mudik Palupuh. Pada pertemuan kedua sungai itu terbentuk sebuah lubuk yang bernama Lubuk Ampalu dan tidak terlalu jauh dari mesjid.
Tak ada informasi yang mengatakan apakah ikan tersebut jadi digunakan untuk peresmian mesjid atau tidak
Pepatah mengatakan, "sekali air besar sekali tepian berubah", juga terjadi pada Lubuk Ampalu. Dengan sering membanjirnya air sungai pada waktu musim penghujan ditambah lagi sungai pada waktu musim penghujan membawa pasir dan lumpur, maka lubuk Ampalu semakin dangkal, tidak lagi dapat menampung ikan.
Maka atas keputusan musyawarah masyarakat disepakati bahwa "Ikan Larangan" akan tetap dipertahankan, untuk itu lokasinya dipindahkan ke arah pasar Palupuh (saat ini lokasi tersebut dikenal dengan ikan banyak/red) karena sifat lubuk tersebut lebih permanen, tidak berubah walaupun ada banjir dan lokasinya dekat jalan raya.
Selanjutnya ikan larangan tersebut mulai dikeramatkan. Konon setiap tahun diadakan upacara doa untuk keselamatan ikan itu dan orang yang berani mencurinya akan mendapat malapetaka. Kabarnya sudah ada bukti orang yang berani mencuri ikan tersebut jatuh sakit, perutnya kembung dan meninggal. Dengan demikian orang makin tak berani mengambil ikan itu dan terjaga lah kelestariannya.
Setelah Jepang masuk, mereka ambil saja ikan itu dengan granat. Ikan-ikan yang mati dikumpulkan, dibawa ke Bukittinggi untuk makanan tentara Jepang. Akhirnya ikan larangan tersebut habis terkuras. Setelah zaman kemerdekaan, masyarakat mulai kembali memelihara ikan larangan tersebut seperti semula, dengan tujuan khusus untuk pariwisata.
Namun sayang saat ini hanya tinggal nama, semoga nantinya akan terdapat ikon Palupuah ini kembali, sebab dahulunya Palupuah lebih dikenal karena ikan banyaknya.
(iing chaiang)
Sumber : Front Palupuh dalam perjuangan kemerdekaan oleh Dr. Ir. H. Darwis SN, MS. APU tahun 1999. Penerbit Tujuah Lurah Kotorantang Sepakat
Keterangan foto :
1. Diambil dari roman saisuak
2. Lokasi tempat dahulunya ikan banyak (lokasi ke-2) difoto dari arah atas (6/5/24)
Posting Komentar